Di perairan Tampo dan Pulau Renda, tragedi mengejutkan terjadi ketika sebuah perahu nelayan ditabrak oleh kapal tongkang. Kecelakaan ini menimbulkan dampak menyedihkan, dengan satu korban tewas dan satu lainnya masih dinyatakan hilang.
Kepala Basarnas Kendari, Amiruddin A.S, mengkonfirmasi bahwa dari tiga orang nelayan, satu selamat sementara satu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Pencarian terhadap satu korban lain yang hilang masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan.
Peristiwa nahas ini terjadi saat tiga nelayan tersebut sedang melaut untuk mencari ikan. Secara tiba-tiba, kapal tongkang melintas dengan kecepatan tinggi dan langsung menabrak perahu mereka pada Sabtu, 18 Oktober, sekitar pukul 14.30 WITA.
Kronologi Kecelakaan di Perairan Sulawesi Tenggara
Menurut keterangan Kepala Basarnas, saat perahu nelayan tersebut beroperasi, kapal tongkang datang dengan cepat di sekitar area tersebut. Ketidaksadaran para nelayan mengakibatkan tabrakan yang sangat fatal.
Setelah terjadi tabrakan, tim SAR tidak membutuhkan waktu lama untuk bergerak mencari para korban yang dilaporkan hilang. Proses evakuasi dilakukan dengan secepat mungkin untuk menemukan korban dengan harapan dapat menyelamatkan siapa pun yang masih bertahan hidup.
Korban yang bernama La Rone, berusia 63 tahun, ditemukan tidak bernyawa pada Minggu, 19 Oktober, sekitar pukul 08.15 WITA. Pengumuman tersebut mengguncang banyak pihak, mengingat situasi yang mengerikan ini sedang terjadi di tengah upaya pencarian korban lain.
Seluruh masyarakat dan pihak berwenang merasa berduka atas kehilangan tersebut. Namun, fokus utama saat ini adalah menemukan La Onus, korban lain yang masih hilang dan dinyatakan hilang.
Peran Tim SAR dalam Operasi Pencarian dan Evakuasi
Tim SAR gabungan ditempatkan di lokasi kecelakaan untuk melakukan pencarian secara menyeluruh. Pencarian ini tidak hanya dilakukan di permukaan air, tetapi juga menyelidiki area yang lebih dalam.
Salah satu anggota tim menyatakan pentingnya keterampilan menyelam dan penggunaan peralatan navigasi yang baik dalam situasi seperti ini. Kesigapan dan keahlian tim menjadi penentu dalam pencarian yang bisa berlangsung berhari-hari.
Evakuasi juga memerlukan perhatian khusus, terutama dalam menangani kondisi tubuh korban yang ditemukan. Jenazah La Rone segera dibawa ke rumah duka untuk diberikan penghormatan terakhir, sementara pencarian La Onus terus berlanjut.
Keberadaan tim SAR sangat penting dalam membantu masyarakat yang mengalami musibah, terlebih di lokasi-lokasi terpencil seperti perairan Sulawesi Tenggara ini. Kerja sama tim menjadi krusial untuk menciptakan hasil yang efektif.
Reaksi Masyarakat Terhadap Tragedi Nahas Ini
Setelah insiden tersebut, reaksi dari masyarakat cukup beragam. Banyak yang merasa prihatin atas kecelakaan yang menyebabkan kehilangan nyawa. Kesedihan dan duka mendalam diluapkan oleh teman dan keluarga para nelayan yang terlibat.
Beberapa warga menyampaikan pendapat mereka mengenai keselamatan di perairan. Mereka menekankan perlunya peningkatan regulasi dan pengawasan terhadap aktivitas maritim di wilayah ini agar kejadian serupa tidak terulang.
Usulan untuk memperkuat keselamatan pelayaran juga banyak dikemukakan. Banyak yang meminta agar pemerintah dan instansi terkait lebih aktif dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai keselamatan di laut kepada para nelayan.
Disamping itu, pemerintah lokal juga diharapkan mengambil langkah preventif agar masyarakat merasa aman saat melaut. Diskusi dan rencana untuk perbaikan sistem keselamatan pelayaran sangat diperlukan demi mencegah tragedi di masa mendatang.